top of page
Search

Review Tes Panduan Jurnalis: Kiat-Kiat Jurnalis Lingkungan Pahami Isu Lokal dan Mengglobal

  • Writer: gabriella keziafanya(00000045953)
    gabriella keziafanya(00000045953)
  • Sep 27, 2022
  • 3 min read

Saya mengikuti tes panduan jurnalis terhadap lingkungan yang diadakan oleh Tempo. Terdapat 5 tes yang bisa kami ikuti dan masing-masing tes berkesinambungan satu sama lain, baik secara tema maupun pembahasan.





Dari tes nomor 1, kami diberi gambaran bagaimana sumber rujukan dalam penulisan berita perubahan iklim. Sumber-sumber tersebut bisa berasal dari:

  • Climate Watch Data, Situs yang sangat lengkap mencatat emisi dan kondisi perubahan iklim di seluruh dunia,

  • Indonesia Climate Watch Data, Situs turunan dari Climate Watch Data dengan fokus khusus pada Indonesia,

  • Wolfram Alpha, situs komputasi digital yang bisa dipakai untuk mencari kondisi cuaca atau gejala atmosfer lain pada suatu tempat dan waktu.


Dari tes nomor 2, diberitahukan bahwa perubahan iklim banyak disebabkan oleh gas dan zat-zat berbahaya, seperti gas metana dalam makanan. Makanan yang kita konsumsi sebenarnya juga mengandung gas metana dan itu banyak kita konsumsi. Dalam beberapa makanan pokok seperti beras, ayam, susu, buah sayuran, kita sudah mengonsumsi 9.62 kg gas metana, hampir 10 kg gas metana terkandung dalam tubuh kita setiap hari.


Peningkatan suhu dan peristiwa ekstrem seperti kekeringan dan banjir mengancam tanaman pangan dan ternak di seluruh wilayah. Perubahan tersebut kemudian dikaitkan dengan harga pangan, malnutrisi, dan berkurangnya ketahanan pangan.


Serikat Petani di Indonesia menyebut mereka mengalami gagal panen pada April 2017 lalu di lahan cabai seluas 10 ha di Kampar, Riau. Hal ini diakibatkan hujan deras yang mengundang luapan sungai sehingga terpaksa petani merugi sebesar Rp400 juta. Peristiwa yang sama juga terjadi di Kepahiang, Bengkulu dan Manggarai, Flores.


Dari tes nomor 3, Tempo menjelaskan bagaimana kita perlu menyiapkan prediksi terhadap kemungkinan yang akan terjadi dengan adanya perubahan iklim. Kemudian, beradaptasi dengan dampak perubahan iklim. Adaptasi artinya perubahan proses, kegiatan, dan struktur untuk meminimalisasi kerusakan potensial peluang-peluang perubahan iklim.


Tak hanya adaptasi, dibutuhkan Mitigasi, yaitu upaya-upaya untuk mengurangi risiko bencana. Selain upaya-upaya di pedesaan, kita juga bisa membangun solusi bagi cara beradaptasi di area perkotaan, seperti:

  • Membangun tanggul laut pelindung dari erosi pantai

  • Menanam hutan bakau

  • Membuat jejaring saluran air untuk serap arus air laut yang masuk secara tiba-tiba.


Dari tes nomor 4 dijelaskan tentang pandangan Indonesia melihat perubahan iklim yang terjadi. Meskipun nampak beberapa program pemerintah dalam mitigasi, adaptasi, dan mengurangi dampak perubahan iklim, masih terdapat beberapa masalah yang perlu menjadi perhatian.


Contohnya, pemerintah mempunyai target untuk menambah jumlah pembangkit listrik sebesar 35.000 Watt pada 2019, namun sayangnya masih didominasi oleh PLTU batubara sebesar 46,97%.


Dari tes nomor 5, disebutkan tips untuk jurnalis meliput iklim. Penting bagi kita untuk membuat sebuah informasi yang kompleks menjadi sesuatu yang relatable dengan masyarakat saat ini. Hal ini yang disebut membumikan persoalan global. Misalnya, penurunan lahan (land subsidence) kita sebut sebagai permukaan tanah yang turun.


Selain itu, Tempo menyebut bahwa manusia tertarik pada kisah manusia. Oleh karena itu, kita perlu menulis kesaksian manusia karena mampu menggugah kesadaran publik dibandingkan hanya penjabaran masalah saja.


Terakhir, adanya visualisasi akan mempermudah pemahaman dan menggugah keingintahuan pembaca untuk membaca lebih lanjut tentang berita yang sedang dibaca mereka. Hal ini karena otak manusia memproses transmisi visual 60,000 kali lebih cepat dibandingkan teks. Infografik, poster, video, akan memperkuat penyampaian pesan pada khalayak.


Hanya saja kekurangan untuk tes ini adalah minimnya visualisasi dan model interaktifitas. Teks di tiap halaman tes juga terlalu panjang dan tidak dipisah per paragraf.


Saran untuk perbaikan tes ini adalah perbanyak visualisasi seperti infografik. Selain itu, adanya teknologi bisa dimanfaatkan untuk menggunakan model visual interaktif agar pembaca masuk ke dalam pengalaman baru untuk membaca. Terakhir, tiap paragraf ada baiknya diberi jarak pisah agar pembaca tidak cepat bosan karena membaca teks yang panjang-panjang.


Misalnya, bisa dilihat di https://vik.kompas.com/ bahwa visual interaktif mereka mengundang dan memberikan pengalaman baru bagi pembaca untuk menikmati berita.


 
 
 

Comments


Post: Blog2_Post

©2022 by Gabriella Keziafanya. Proudly created with Wix.com

bottom of page