top of page
Search

Mengintip Nasib Si Kartu Tarot Ajaib

  • Writer: gabriella keziafanya(00000045953)
    gabriella keziafanya(00000045953)
  • Jun 19, 2023
  • 6 min read

Ebi Si Pembaca Tarot sedang membaca dan mengartikan hasil kartu kepada seorang mahasiswa UMN (6/6/2023).

“Semua hal-hal positif yang diomongin tuh buat gue berharap dan bisa jadi kenyataan gitu,” cerita FK (inisial nama) saat diwawancarai pada Minggu (04/06/2023).

Kedua tangan itu terampil dalam mengacak setumpuk kartu di tangan yang diambil di tengah lapisan kemudian ditumpuk kembali di atasnya, sembari menatap beberapa kartu yang keluar dari formasinya. Tertangkap satu orang yang menyerahkan nasibnya kepada si peramal dengan mata yang berbinar-binar. Semakin banyak kartu yang keluar dari formasinya, mungkin semakin banyak nasib masa lalu, kini, dan depan yang diramal oleh peramal, pikirnya.


Tangan itu perlahan menghampiri satu deck kartu yang akan dibacanya dari sekian kartu yang jatuh. Menyebutkan kalimat ramalan sesuai dengan gambar yang tertera di kartu dan melihat reaksi antusias dari klien yang ia bacakan nasibnya.



Kartu tarot yang menginterpretasikan perasaan terdalam salah seorang mahasiswa UMN pada Selasa (06/06/2023).

Rasanya, zaman sekarang membaca dan dibacakan tarot tidak sesuram dan seseram seperti zaman dahulu. Rasanya, zaman sekarang segala sesuatu hal menjadi serba lumrah, termasuk tarot. Rasanya, zaman sekarang membaca dan dibacakan tarot bukan lagi hal aib yang perlu disembunyikan, justru tarot sudah seperti kegiatan yang perlu bagi seseorang yang memercayainya. Rasanya, membaca dan dibacakan tarot tidak perlu sembunyi-sembunyi di suatu tempat yang gelap. Sekarang, menggelar tikar di tempat umum dan memamerkan lembaran kartu di atasnya saja akan mendapatkan banyak perhatian orang sehingga membuat mereka sibuk mengantre untuk dibacakan nasibnya.


Membaca dan dibacakan tarot sekarang lebih mudah dan tidak lekang oleh usia. Zaman sekarang juga tidak mengherankan apabila terdapat anak muda yang mencoba mengadukan nasibnya dengan dibacakan kartu tarot. Mudah dan sesuai. Mungkin dua kata itu yang mewakili anak muda untuk mencoba mengadu nasib kepada tarot. Mudah untuk memanggil pembaca tarot dan sesuai untuk ramalan yang keluar dari lembaran kartu tarot.


Contohnya saja Johanna Sugiarto, mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) 2021 yang sudah menggeluti dunia tarot selama satu tahun ke belakang. Pada awalnya, Johanna serius untuk belajar menjadi pembaca tarot ketika melihat temannya yang merupakan seorang pembaca tarot juga. Johanna mengaku ada rasa “panggilan” dari dirinya yang mengharuskan ia menjadi seorang pembaca tarot.


“Aduh mungkin ini lebay sih ya, tapi ada ngerasa terpanggil gitu, kayak dari hati ada yang berbicara rasanya,” tutur Johanna saat tim wawancarai melalui Zoom pada Kamis (08/06/2023).


Johanna juga berkisah bahwa ia baru-baru ini hanya bersedia membacakan tarot untuk melihat sedikit nasib dari teman sejawatnya. Ia siap menolong kawannya berdasarkan panggilan tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Saat awal sesi dibacakan tarot dimulai, umumnya teman-teman Johanna akan menceritakan tentang masalah percintaan mereka dan apabila sudah merasakan kenyamanan bercerita, mereka akan lebih terbuka ke ranah personal seperti keluarga. Teman sejawat Johanna akan memerlihatkan mimik wajah terkejut apabila kalimatnya telak sasaran dengan kondisi masa lalu dan kini, serta meminta sedikit kisi-kisi gambaran hidup mereka di masa depan. Tidak sedikit dari mereka yang meminta arahan dan panduan untuk kedepannya.


Selain mudah dan sesuai, kartu-kartu tarot itu menjadi sasaran empuk untuk kalangan muda, khususnya mahasiswa. Menanyakan seputar hidup mereka dan bagaimana masa depan yang akan terjadi di hidupnya. Sama halnya seperti mahasiswa UMN jurusan Komunikasi Strategis 2021, Aye (bukan nama sebenarnya) yang telah menanyakan nasibnya kepada pembaca tarot lebih dari lima kali. Pada awalnya, Aye hanya ingin mencoba untuk dibacakan nasibnya melalui kartu tarot.


Kalo bagus ayo dipercaya, kalo jelek, masa’ gitu sih…” tutur Aye ketika diwawancarai oleh tim pada Minggu (04/06/2023).


Mungkin pada awalnya Aye hanya mencoba untuk melihat sedikit nasib yang akan ia terima di masa depan. Akan tetapi, akhirnya Aye terus mengintip sedikit demi sedikit nasib yang akan terjadi di masa depan. Sebelumnya Aye tidak memercayai hal itu karena perkataan yang dilontarkan oleh pembaca tarot masih bisa diproses oleh logikanya. Namun, mengapa prediksi-prediksi yang keluar dari mulut Sang Peramal akhirnya terjadi di masa depan Aye?


Memang, pada awalnya Aye hanya iseng mencoba tarot dan akhirnya penasaran dengan karir di masa depannya. Akan tetapi, pada akhirnya Aye tidak menanyakan nasib karirnya lagi kepada peramal. Ia merasa jikalau karir masih bisa ia tangani dengan usahanya sendiri.


“Pernah sih jadinya kalo lagi bingung sama sesuatu, jadi narot gitu,” jelas Aye.


Ketika dilanda rasa bingung dengan suatu keadaan atau merasa gundah, Aye pada akhirnya mencoba lagi dan lagi kartu-kartu tarot itu. Mencari validasi atau meminta panduan kedepannya harus bertindak seperti apa. Bisa saja kartu-kartu tarot itu merupakan jawaban dari kegundahan Aye.



Pembaca tarot sedang membacakan arti yang terkandung dalam kartu pada Selasa (06/06/2023).

Cerita lain juga didapatkan dari FK yang telah mencoba dibacakan nasibnya melalui kartu tarot oleh kakak tingkatnya di kampus. Ia juga mengaku bahwa pernah menggunakan jasa kakak tingkatnya hanya sekadar ingin mencoba mengintip sedikit masa depannya, terutama tentang akademik, perkuliahan, dan karir.


Bagaimana dengan sudut pandang agama?


Narasi dalam segmen YouTube mereka yang bertajuk Percaya Ramalan Pertanda Kurang Curhat menyorot alasan tarot banyak diminati di cakupan generasi Z. Mayoritas adalah mereka yang ingin klarifikasi atau validasi atas pilihan-pilihan hidup yang akan diambil. Belum lagi menyoal era 2020-an yang dibanjiri serba ketidakpastian, dilanda pandemi, dan krisis ekonomi. Istilah populernya quarter-life crisis.


Memang menantang dan mengasyikan melihat orang asing yang tak dikenal sama sekali dapat menebak dengan hampir telak sisi personal seseorang. Nyatanya, kartu tarot sebenarnya dilarang tegas oleh agama. Tarot dilihat sebagai bentuk fortune telling dan terhitung sebagai kegiatan yang mengintip masa depan atau ramalan. Konotasi bahwa tarot reader sebagai seorang peramal dibenarkan oleh Ella Mirella, seorang ahli tarot profesional, dalam artikelnya untuk CNN Indonesia.


“Peramal itu bisa menyelesaikan masalah kamu, tapi bukan bikin suasana tambah keruh atau tambah ada masalah. ... Kami peramal tidak melihat sosok jin dan sebagainya,” sebut Ella dalam artikel.


Sebut saja dari kaca mata agama, tertuang dalam kitab suci Al-Quran dan Alkitab yang jika disederhanakan sama-sama menyebut “Siapa pun yang mendatangi peramal, tidak beriman pada perintah Allah (HR. Ahmad no. 9532),” dan “Orang yang memercayai roh-roh peramal akan ditentang oleh Allah (Imamat 20:6).”


Lalu, bagaimana dengan alternatif lain?


Tak dapat dimungkiri, survei Alva Research Center terhadap 1.529 responden di kalangan generasi X–Z menilai bahwa kelompok ini lebih banyak merasa stres dan cemas dibanding generasi yang lebih tua. Grafik menunjukkan generasi Z yang merasa cukup cemas menunjukkan persentase 40 persen, cemas 23,3 persen, dan sangat cemas 5 persen. Sementara itu, kelompok milenial (Y) dan generasi X menunjukkan grafik yang kontras. Grafik mereka malah lebih tinggi pada tingkat cukup cemas.



Tingkat kecemasan antar generasi di Indonesia 2022. Sumber: GoodStats

Melihat pernyataan dari Aye dan FK yang merasa bingung dengan masa depannya dan berujung ke bacaan tarot, akhirnya tim kami mendatangi Psikolog Klinis Student Support UMN, Fiona Damanik. Tim mendatangi beliau untuk memverifikasi keluhan mahasiswa yang sering menjumpai kursi Student Support. Psikolog yang sudah berpraktik selama lima tahun itu senantiasa mudah untuk didatangi mahasiswa perihal wawancara keterangan ahli. Fiona beranggapan bahwa peran dari psikolog cenderung menganjurkan pasien untuk lebih mengenal diri dan diberikan skill untuk bisa menghadapi stres. Oleh karena itu, para psikolog tak lupa untuk memberi gambaran edukasi tentang emosi dan psikis.



Wawancara dengan Fiona Valentina selaku psikolog Student Support UMN (06/06/2023).

“Dalam proses konseling, perbedaannya bukan ditebak karena ditebak dan benar itu candu, saya pikir. Kalau di psikologi namanya irrational belief. Itu cara berpikir yang kurang sehat seperti ‘Andai pacar saya tukang tarot, saya tidak perlu bilang mau apa dia udah tau,’” ungkap Fiona dalam wawancara via Google Meet pada Selasa (06/06/2023).


Aktivitas tanggapan energi yang dilakukan oleh tarot reader juga selayaknya dipelajari di bidang psikologi saat konseling, biasa disebut dengan “keahlian dalam observasi”. Fiona menambahkan, mahasiswa yang datang ke Student Support pun sering mengaku terperangkap di masa lalu. Mereka datang sebab merasa tidak ada perubahan atas masalah yang sedang dihadapi. Student Support dalam hal ini membantu untuk memberitahu langkah selanjutnya yang harus mahasiswa ambil, bukan meramal dan menebak.


Di balik sisi ilmiah yang disuguhkan oleh Student Support, pun tetap ada anak-anak muda seperti FK dan Aye yang masih lebih memilih konsultasi dengan tarot reader alih-alih ke psikolog ahli. Keputusan itu terjadi karena sistem yang ditawarkan oleh tarot dirasa lebih ringan dan eksistensinya kebetulan bertepatan dengan keadaan mereka saat ini.


Aye beranggapan bahwa seseorang yang pergi lalu duduk di kursi Student Support adalah orang yang memiliki keadaan tidak stabil dalam psikologis. Alih-alih berkonsultasi ke Student Support, tarot tetap ia kunjungi dengan meminta sedikit kisi-kisi mengenai kariernya di masa depan.


“Ke Student Support ‘kan lebih ke psikologis gue, gitu, keadaan kesehatan, (tentang) kepala gue yang berisik gitu, different story,” jelas Aye.


Tim berhasil mendatangkan Ebi, seorang ahli tarot yang berdomisili di Gading Serpong, Tangerang dan menangkap tata cara tarot reading selagi ia melakukan praktik pada klien. Ia membawa enam deck kartu tarot di dalam tas selempangnya. Tampak di tengah sesi, Ebi beberapa kali berbicara pada sesuatu yang hanya bisa diketahui oleh dirinya sendiri. Klien dan tim sempat tercengang. Tempat kumpul mereka yang di luar ruangan pun masih bisa memunculkan gidik ngeri atas aksi tersebut.


“Jadi gini, misalkan kita sebagai pembaca, aku tuh menggunakan energi aku untuk menangkap energi kamu. Aku akan menguras dan menangkap energi kamu tergantung dari psikis kamu sebagai manusia. Kalo kuat, aku gali lebih dalam. Kalo enggak, aku bisa berhenti atau ‘segini aja deh,’” ungkap Ebi ketika ditanyai bagaimana ia melakukan praktik tarot reading, dengan jumpa langsung pada Selasa (06/06/2023).


Ebi mengaku keterlibatannya di dalam dunia tarot terjadi sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang diawali dengan adanya koneksi langsung setelah melihat kartu tarot. Meski begitu, ia masih mempertimbangkan banyak hal untuk merespons panggilan tersebut, mengingat keadaan psikisnya yang belum stabil sehingga ia menunda terlebih dahulu untuk memegang kartu.


Kalo psikis lu belum baik, itu enggak boleh megang kartu. Kalo gangguan mental orang yang dibaca dan kena kamu, gimana dong? Kita menolong orang, kita harus terima risikonya. Risikonya apa, psikis kita pasti akan ada yang dikorbankan,” tutup Ebi.


Kendati demikian, di tengah gempuran percaya kepada pembaca tarot, mahasiswa UMN jurusan Jurnalistik 2021, Grace justru merasa tidak adanya keselarasan hasil tarot dengan kondisi dirinya.


“Tapi gue percaya gak percaya sih, lebih ke gak percaya. Mungkin karena basic-nya gue gak percaya juga kali, ya yang kayak gini,” tutur Grace saat setelah mencoba dibacakan kartu tarot untuk pertama kalinya pada Selasa (06/06/2023).



Tiga kartu yang menafsirkan perasaan terdalam salah seorang mahasiswa UMN pada Selasa (06/06/2023).

Di setiap pertemuan-pertemuan pembacaan tarot, peramal tidak pernah absen untuk mengatakan “ini semua tergantung usaha kamu”. Narasi itu seakan-akan mengatakan kepada klien untuk kembali percaya kepada diri sendiri dan urusan percaya kepada tarot itu urusan belakang.


-

Penulis:

Aqeela Ara Fayazza (00000064561)

Gabriella Keziafanya (00000045953)

Keizya . (00000053840)

Marcella Carolyn Gloria Kapitan (00000059967)

Rachma Azahra Ramadhani (00000060105)

 
 
 

Комментарии


Post: Blog2_Post

©2022 by Gabriella Keziafanya. Proudly created with Wix.com

bottom of page