Human Consumes Microplastics?
- gabriella keziafanya(00000045953)
- Oct 24, 2022
- 3 min read

Photo: KlikDokter
Penggemar seafood alias makanan laut tak terbilang banyaknya di Indonesia. Tiap melewati jalan raya di mahal hari, tak jarang kita temui tenda warung makan seafood di pinggir jalan. Kepiting dan lobster bahkan dikenal sebagai seafood dengan kadar kolesterol yang besar, yakni 61—71 mg kolesterol per porsi, tetapi dua hewan laut ini masih tetap eksis disukai kalangan penggemar seafood.
Mengonsumsi seafood memang mengenyangkan. Di samping itu, ada hal yang perlu kita perhatikan sebelum mengonsumsinya. Bukan saja tips-tips memilih seafood yang sehat yang sering muncul di laman pencarian, melainkan juga kesadaran bahwa seafood saat ini tidak sepenuhnya hanya daging.
Melihat ramainya seruan aksi mitigasi perubahan iklim dan tumpukan-tumpukan sampah plastik di tiap sudut kota setiap kali kita berjalan, kita tahu bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja. Pencemaran lingkungan terjadi di mana-mana, yang kemudian berujung pada pencemaran laut. Pada akhirnya, setiap butiran benda yang ada di daratan akan hanyut terbawa oleh air menuju saluran-saluran air, ke lautan, memengaruhi biota laut.
Sebuah studi pada Oktober 2018 telah membuktikan berapa jumlah plastik yang dikonsumsi satu manusia. Melalui sampel penelitian feses delapan orang, terbukti adanya kandungan plastik di dalamnya sehingga disetujui sebagai kesimpulan yang mutlak bahwa manusia memang mengonsumsi plastik. Mikroplastik tersebut datang dari seafood yang selama ini dikonsumsi oleh manusia. Siklusnya terus berulang.

Lantas dari manakah sumber mikroplastik?
Limbah mikroplastik banyak ditemukan pada buangan kantong-kantong plastik, bungkus nasi/sterefoam, kemasan makanan siap saji, botol-botol, dan minuman plastik.
Di samping mencemari laut, sejumlah penelitian pun telah membuktikan bahwa ukuran mikroplastik
Photo: Mynewsdesk
yang sangat kecil ini ikut termakan oleh biota laut, termasuk di dalamnya zooplankton, ikan dan kepiting. Itulah yang menjadi makanan kita sehari-hari.
Namun, tak berhenti di situ. Ikan-ikan lain juga turut memakan zooplankton dan ikan-ikan yang mengonsumsi mikroplastik. Oleh karena itu, siklusnya tidak hanya berulang, tetapi juga membuat penyebaran mikroplastik semakin luas.
Ketika mereka mengkonsumsi itu, sistem fisiologi mereka bisa terganggu, seperti sistem pencernaan dan feses yang dikeluarkan, serta bisa mengganggu sistem reproduksi. Mikroplastik juga dapat merusak terumbu karang dan menghambat pertumbuhan mereka sehingga terumbu-terumbu karang bisa cepat mati.
Tak hanya pada biota laut, mikroplastik juga sangat berdampak dalam kehidupan manusia.
1. Memengaruhi perkembangan janin
Jenis mikroplastik ada yang berdampak buruk terhadap perkembangan janin dan meningkatkan risiko cacat lahir, gangguan perkembangan perilaku, gangguan hormonal pada bayi di kemudian hari, dan bahkan sampai kepada perkembangan alat kelamin laki-laki hingga masa pubertas.
2. Mengganggu Kesehatan usus
Usus menjadi sistem pencernaan yang paling menentukan zat mana yang akan masuk ke dalam tubuh dan mana yang akan dibuang. Otomatis, semua makanan yang kita makan akan dicerna terlebih dahulu.
Mikroplastik yang masuk secara terus-menerus pada usus manusia akan memengaruhi sel-sel kekebalan usus dan memicu kondisi dysbiosis, yaitu kondisi ketika mikrobiota usus tidak seimbang karena terlalu banyak bakteri jahat. Hal ini berujung pada komplikasi, serupa seperti infeksi jamur dan kanker usus besar.
Mendengar ini, apakah kita perlu berhenti memakan seafood dan justru menjadi pemerang penggunaan plastik?
Plastik sudah hidup di tengah peradaban manusia sejak 1862 melalui selulosa. Dan adanya perbedaan generasi membuat penggunaan plastik mengalami pro dan kontra sepanjang waktu. Untuk mereka yang ingin menjadi dampak perubahan, inilah taktik-taktik penting yang bisa dan perlu untuk dilakukan.
1. Membatasi konsumsi seafood
Dalam sebuah studi jurnal Current Opinion In Food Science (2021), orang yang sering mengonsumsi kerang bisa memasukkan 2.602–16.288 partikel mikroplastik setiap tahun ke dalam tubuhnya.
Oleh karena itu, diperlukan adanya pembatasan untuk mengonsumsi seafood. Pandai-pandai pulalah dalam memilih makanan seafood yang berkualitas tinggi dan diketahui jelas sumbernya.
2. Mengonsumsi makanan segar
Kebiasaan untuk sering mengonsumsi makanan olahan kemasan plastik dan kaleng membuat tubuh lebih mudah terpapar mikroplastik. Bahayanya bisa meningkatkan risiko penyakit diabetes dan penyakit jantung.
3. Hindari penggunaan plastik sekali pakai.
Meski sudah sering kita dengar, tetapi artikel ini perlu kembali mengingatkan kita untuk tetap menghindari penggunaan plastik sekali pakai, seperti sedotan, gelas, dan alat makan karena mikroplastik umumnya berasal dari limbah plastik. Mulailah menggunakan tempat dan peralatan makan dari bahan seperti kaca atau stainless steel.

Photo: NBC News
Tokoh-tokoh seperti Greta Thunberg tidak berdiri untuk berbicara omong kosong saja. Mereka ada untuk membangkitkan kesadaran kita akan damage yang sudah sedemikian parahnya dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan manusia di bumi.
Serta itu, tentulah mereka tidak bisa bekerja sendiri. Mereka memerlukan kita sebagai sesama manusia untuk memulai perubahan yang selama ini mereka gencar-gencarkan.
Comments